PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
Makalah Diajukan Guna Memenuhi Tugas Presentasi
Kelas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : Rohadi, S. Ag. M. S. I

Nama Penyusun :
Nur Alimah (2115024)
Riska Arum Lestari (2115026)
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAINU) TEMANGGUNG
TAHUN
AKADEMIK 2015/2016
A. PENDAHULUAN
Pendidikan
seumur hidup adalah suatu konsep atau suatu idea ( gagasan pokok ).
Gagasan pokok dalam konsep ini ialah bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung
selama seseorang belajar didalam lembaga – lembaga pendidikan formal. Dalam
artian lain, bahwa seseorang masih dapat memperoleh pendidikan, kalau ia mau, setelah menjalani
pendidikan formalnya. Ditekankan pula dalam konsep ini, bahwa pendidikan, dalam
arti yang sebenarnya, adalah sesuatu yang berlangsung terus menerus sepanjang
kehidupannya.
Berdasarkan idea ini, konsep “Pendidikan Sepanjang
Hayat” (life-long education) sering
pula disebut dengan istilah “Pendidikan Berkesinambungan” (continuing education). Dan karena kegiatan – kegiatan pendidikan
jenis ini pada umumnya diselenggarakan di luar tatanan pendidikan formal, maka
kegiatan inipun sering pula disebut dengan pendidikan non – formal.
Pembelajaran
yang sejati justru terjadi diluar kelas. Pembelajaran ini menempati posisi yang
strategis dalam menentukan keberhasilan anak didik di masa depan. Mengapa
demikian ? Sebab, proses belajar yang terjadi di ruang kelas hanya terbatas
pada jam pelajaran atau jam kuliah. Sementara itu, jam belajar di luar kelas
tidak terbatas, bahkan “kurikulumnya” bebas dan alami. Karena itu, wajar jika
sekolah tidak bisa memberi jaminan keberhasilan kepada anak didiknya yang hanya
pulang – pergi atau keluar – masuk ruang kelas ( Suyadi, 2011 ; 195 ).
Menilik penjelasan diatas, maka
penulis akan membahas lebih lanjut tentang Pendidikan Sepanjang Hayat (life-long education) guna memperdalam
dan menambah wawasan pengetahuan kita semua.
B. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Pendidikan Sepanjang
Hayat
Pendidikan
sepanjang hayat merupakan
asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi, dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat
zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya
secara terus menerus dengan situasi baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan aktivitas pembelajaran
yang dilakukan oleh individu / kelompok secara seumur hidup, sukarela, dan
memotivasi diri untuk terus mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, tekhnologi,
dan seni baik untuk alasan pribadi maupun professional. Karena itu pendidikan
sepanjang hayat tidak hanya meningkatkan inklusi sosial, kewarganegaran aktif
dan pengembangan pribadi, melainkan juga daya saing dan kerja (Sudarwan Danim,
2010 ; 143).
Pendidikan
sepanjang hayat
merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem
sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan manusia yang makin meningkat.
Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan dari sejak
kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang
dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini
membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan
mengenal inovasi secara terus menerus, karena pendidikan berkangsung terus
menerus sepanjang kehidupan manusia.
2. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat
Pada
dasarnya tujuan dari Pendidikan Sepanjang Hayat selalu bersifat culture bound, artinya terikat oleh
lingkungan cultural, tujuan pendidikan sepanjang hayat dalam lingkungan
cultural yang satu berbeda dari lingkungan cultural yang lain. Pada mulanya
tujuan pendidikan sepanjang hayat bersifat individual, yaitu untuk memperkaya
kehidupan rohani atau intelektual seseorang ( Mochtar Buchori, 1994 ; 22-23 ).
Dengan
begitu, seseorang akan dapat memperbaharui pengetahuannya secara terus menerus dan
tidak akan “ketinggalan zaman”. Hal ini penting untuk mereka yang sudah
memasuki usia lanjut. Dengan pengetahuan yang diperbaharui ini mereka tidak
akan terasing dari generasi muda, mereka tidak akan menjadi senile (Pikun
secara dini) dan akan tetap memberikan sumbangannya kepada kehidupan di
lingkungannya.
Pada taraf
perkembangan selanjutnya, gerakan Pendidikan Sepanjang Hayat ini mulai
mengembangkan tujuan yang bersifat social. Mulai disadari bahwa kegiatan
Pendidikan Sepanjang Hayat tidak hanya menguntungkan perorangan saja, melainkan
bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Apabila anggota suatu masyarakat
tetap melibatkan diri dalam kesibukan belajar setelah mereka memasuki berbagai
lingkungan pekerjaan, maka umumnya masyarakat semacam itu akan menjadi lebih
dinamis atau lebih mudah menerima gagasan pembaharuan dan lebih mudah pula
memahami interdependensi serta interaksi yang ada antara dirinya dan masyarakat
lain.
Praktek
yang berlaku ialah bahwa setiap kelompok menentukan sendiri tujuan apa yang
ingin dicapainya dalam kegiatan ini. Prinsip ini berlaku untuk program
Pendidikan Sepanjang Hayat yang diselenggarakan pada taraf regional dan
nasional. Dalam hubungan ini kemungkinan yang terbuka bagi bangsa Indonesia
adalah mengarahkan program pendidikan non – formal yang diselenggarakan untuk
memperbaiki kehidupan kita sebagai bangsa, untuk memajukan kehidupan bangsa,
kita dapat merancang agar keseluruhan pendidikan non – formal yang kita
selenggarakan sedikit demi sedikit secara berangsur – angsur akan membawa
perbaikan pada cara hidup kita, mengelola diri, dan lingkungan kita.
3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat
Menurut konsep
pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap sebagai
suatu keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan suatu sistem yang
terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta kebutuhan
masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah maju akan memiliki
kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat yang belum maju. Apabila sebahagian besar
masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf, maka upaya pemeberantasan
buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat prioritas dalam sistem pendidikan
sepanjang hayat. Tetapi, di negara industri yang telah maju pesat, masalah
bagaimana mengisi waktu senggang akan memperoleh perhatian dalam sistem ini.
Pendidikan
bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak
lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu
menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu, proses pendidikan akan
berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
Keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang
individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak
diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua - anak. Dalam
berinteraksi dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan
tertentu sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya.
Pendidikan
di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga
tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga
mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan
secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan
kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu,
sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai
dengan perkembangan budayanya.
Dalam
kehidupan modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena
tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak
memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang diberikan di
sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan pribadi anak, berisikan nilai
moral dan agama, berhubungan langsung dengan pengembangan sains dan teknologi,
serta pengembangan kecakapan-kecakapan tertentu yang langsung dapat dirasakan
dalam pengisian tenaga kerja.
Pendidikan di masyarakat merupakan
bentuk pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga dan sekolah. Bentuk
pendidikan ini menekankan pada pemerolehan pengetahuan dan keterampilan khusus
serta praktis yang secara langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat.
Phillip H.Coombs mengemukakan beberapa
bentuk pendidikan di masyarakat, antara lain :
a.
Program
persamaan bagi mereka yang tidak pernah bersekolah atau putus sekolah.
b.
Program
pemberantasan buta huruf
c.
Penitipan
bayi dan penitipan anak pra sekolah
d.
Kelompok
pemuda tani
e.
Perkumpulan
olah raga dan rekreasi
f.
Kursus-kursus
keterampilan (Uyoh Sadulloh, 1994 : 65).
4. Kelemahan Pendidikan Sepanjang Hayat
Perkembangan
pendidikan tidak benar jika dikatakan bahwa tidak ada perbaikan dalam kehidupan
kita sebagai bangsa, cukup banyak perbaikan atau kemajuan yang kita capai
berkat diselenggarakannya kegiatan
Pendidikan Sepanjang Hayat. Permasalahannya ialah bahwa laju perbaikan
kehidupan yang kita capai selama ini kalah cepat dengan laju perkembangan
berbagai permasalahan yang kita hadapi.
Disamping
itu kemajuan yang dicapai oleh Negara lain misalnya Negara – Negara tetanggan
ASEAN, diberbagai bidang kehidupan rupanya juga lebih pesat dari kemajuan yang
kita capai. Dari dua hal inilah kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
Pendidikan Sepanjang Hayat mempunyai kelemahan – kelemahan. Kelemahan –
kelemahan tersebut diantaranya :
a. Kegiatan pendidikan non – formal
yang diselenggarakan sekarang ini masih belum dapat menyentuh seluruh golongan
masyarakat. Masih banyak kalangan masyarakat yang tidak mempunyai kesempatan
ataupun keinginan untuk mengikuti program pendidikan formal. Akibatnya adalah
masih terlampau banyak kalangan dalam masyarakat yang tidak terlibat dalam
usaha untuk memperbaiki pola kehidupan bersama, banyak kalangan dalam
masyarakat yang dari tahun ke tahun hidup dan bekerja dengan pola yang sama
atau kurang memadainya pengetahuan akan pendidikan. Untuk mengatasi kelemahan
ini adalah memperluas jaringan penerimaan pelayanan Pendidikan Sepanjang Hayat.
b. Program pendidikan yang ada
kebanyakan bersifat kurang komprehensif dan dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu program vokasional dan program idiil. Program vokasional
berusaha memberikan berbagai jenis ketrampilan kepada para peserta. Sedangkan
program idiil berusaha menanamkan kesadaran ideologis kepada para peserta.
Untuk keperluan kemajuan kehidupan bangsa, program yang bersifat parsial tidak
akan memadai. Untuk keperluan ini, yang diperlukan ialah program pendidikan
yang mempunyai inti dan konteks. Bagian
inti adalah bagian yang mengandung materi yang dirancang untuk meningkatkan
kemampuan para peserta dalam melaksanakan suatu pekerjaan, suatu vokasi atau profesi.
Bagian
konteks adalah
bagian yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran serta pengetahuan para
peserta mengenai persoalan – persoalan dasar yang terdapat dalam lingkungan
mereka, baik lokal, nasional, ataupun global. Dengan program yang disusun seperti
ini, para peserta akan dapat pula memahami apa yang sebaiknya mereka lakukan
dibidang pekerjaan mereka masing – masing untuk turut mendorong lingkungan
mereka ketingkat perkembangan atau kemajuan yang lebih tinggi.
c. Metode atau penyampaian materi pendidikan.
Metode atau cara penyampaian yang digunakan selama ini banyak menekankan
penguasaan informasi atau materi, dan kurang memperhatikan masalah penggunaan
informasi untuk menyelesaikan persoalan. Pemupukan kemampuan untuk menggunakan
suatu perangkat informasi atau materi secara kreatif guna penyelesaian suatu
masalah rasanya masih kita abaikan selama ini. Metode pendidikan yang
dipergunakan selama ini baik di lembaga pendidikan formal maupun di lembaga
pendidikan non – formal lebih mengutamakan terbinanya manusia – manusia patuh
dan kurang memikirkan terbinanya manusia – manusia kreatif.
5.
Pilar Pembelajar Sepanjang Hayat
Enam pilar utama yang mutlak ada untuk
menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat disajikan berikut ini :
a.
Rasa
ingin tahu
b.
Optimisme
c.
Keikhlasan
d.
Konsistensi
e.
Pandangan
visioner
f.
Tuntutan
pekerjaan (Sudarwan Danim, 2010 ; 145 -
146).
C.
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Pendidikan
sepanjang hayat merupakan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh
individu / kelompok secara seumur hidup.
b. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat
bersifat individual, namun selanjutnya, gerakan Pendidikan Sepanjang Hayat ini
mulai mengembangkan tujuan yang bersifat social.
c. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat berlangsung
dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
d. Kelemahan Pendidikan Sepanjang Hayat
1) Kegiatan pendidikan non – formal
belum dapat menyentuh seluruh golongan masyarakat.
2) Program pendidikan yang ada
kebanyakan bersifat kurang komprehensif.
3) Metode atau penyampaian materi
pendidikan.
e. Pilar Pembelajar Sepanjang Hayat
1) Rasa ingin tahu
2) Optimisme
3) Keikhlasan
4) Konsistensi
5) Pandangan visioner
6) Tuntutan pekerjaan
2. PENUTUP
Demikianlah
makalah ini dibuat, penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak sekali
kesalan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami
butuhkan untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buchori, Mochtar. 1994. Pendidikan dalam Pembangunan. Yogyakarta
: PT Tiara Wacana
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/pendidikan-sepanjang-hayat/.Kamis. 10/09/2015. 09:26 WIB
Suyadi. 2011. Miskin
Bukan Halangan Sekolah. Yogyakarta : Bukubiru
Danim, Sudarwan. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung : Alfabeta
makasi materi nya
BalasHapusBest online casino in the world - Ambienshoppie.com
BalasHapusIt is a 온라인 카지노 롤링 great and easy way to earn rewards. We offer the best online casinos and other games for a good reason.
Casinos Near Philadelphia | Casino Near Me | JtmHub
BalasHapusSearching for Casinos Near Philadelphia? Find a casino 동두천 출장안마 nearest you is safe 전주 출장마사지 and secure. Find deals 포천 출장샵 on casinos in and near 순천 출장샵 Philadelphia, 울산광역 출장샵 PA.